September 04, 2017

THAHARAH


بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ


A. PENGERTIAN THAHARAH
Menurut lughah (bahasa) thaharah adalah suci atau bersih. Dalam istilah
syarat, thaharah artinya suci dari hadats dan najls, maksudnya keadaan
sucl setelah berwudhu, tayamum, atau mandi wajlb yang benar-benar telah
diniatkan dan suci dari najis setelah terlebih dahulu dlberslhkan darl badan,
pakaian, dan tempat.
Dalam syari'at Islam, persoalan bersuci dan segala seluk beluknya
termasuk bagian llmu dan amalan yang penting, karena terutama diantara
syaral-syarat shalat ditetapkan bahwa orang yang hendak melaksanakan
shalat, harus borsuci terlebih dahulu

B. MACAM-MACAM AIR
Air merupakan alat untuk bersuci. Namun air yang bisa dipakai untuk
bersuci, ialah air yang suci dan mensucikan, di antaranya
1. Air hujan
2. Air sumur
3. Air laut
4. Air sungai
5. Air salju ,
6. Air telaga
7. Air embun

C.PEMBAGIAN AIR
Ditinjauidari segi hukumnya, air dibagi menjadi Lima yaitu:
1. Air suci dan mensucikan, yaitu air mutlak (air sewajarnya), artinya
air yang masih murni, dapat digunakan untuk bersuci dan tidak
makruh, seperti air sungai, air hujan dan iain-lain.
2.Air suci dan dapat mensucikan, tetapi makruh digunakan, yaitu air
musyammas (air yang dijemur di tempat iogam yang bukan emas).
3. Air suci tetapi tidak dapat mensucikan, yaitu air yang kurang dari dua
kulah, air yang berubah salah satu sifatnya karena kemasukan benda
suci iainnya, misalnya air berbau, air teh, air kopi dan lainnya; air yang
keluar dari pohon atau dari buah, 'air nira, air legen, air keiapa.
4. Air mutanajis, yaitu air yang kena najis (kemasukan najis), sedang
jumlahnya kurang dari dua kuiiah, maka air yang semacam ini tidak
suci dan tidak dapat mensucikan. Tetapi jika iebih dari dua kullah
dan ‘tidak berubah sifatnya, maka sah untuk bersuci.
5. Air suci dan mensucikan, tetapi haram memakainya, yaitu air yang
diperoieh dari ghasab (mencuri/mengambii tampa ijin).

Keterangan:
Dua kulah = 216 liter. Jika berbentuk bak, maka besarnya = 60 cm x 60 cm x 60 cm.
D. NAJIS
Najis menurut syariat Islam adalah benda yang kotor dan telah ada dalil
yang menetapkannya. Najis wajib dibersihkan menurut cara-cara yang telah
ditentukan oleh syara’ karena akan menjadi penghalang dalam beribadah
kepada Atlah. Yang termasuk benda-benda najis seperti;
a. Bangkai, kecuaii manusia, ikan dan belalang
b. Darah
c. Nanah
d. Segala sesuatu yang keluar dari kubul dan dubur
e. Anjing
f. Babi
g. Minuman keras seperti arak dan sebagainya
h. Bagian anggota badan binatang yang terpisah karena dipotong dan
sebagainya selagi hidup.

1. Pembagian najis
Menurut ahli fikih, najis dibagi meniadi tiga;
a. Najis Mukhaffafah (ringan) seperti: air kencing bayi laki~laki yang
be|um berumur 2 tahun dan belum pernah makan sesuatu kecuali
air susu ibu.
b. Najis Mughallazah (berat) seperti: najis anjing dan babi serta
keturunannya.
c. Najis Muthawassithah (sedang): ialah najis yang selain dari dua
najis tersebut di atas, seperti segala seuatu yang keluar dari kubul
dan dubur manusia dan binatang kecuah air mani, barang cair yang
memabukkan, susu hewan yang tidak halal dimakan, bangkai,
juga tulang dan bulunya, kecuali bangkai manusia, ikan dan
belalang.
d. Najis Muthawassithah dapat dibagi meniadi 2, yaitu:
1) Najis ‘ainiyah: ialah najis yang berujud, yakni yang nampak da
dilihat.
2) Najis hukmiyah: ialah najis yang tidak kelihatan bendanya, se
bekas kencing atau arak yang sudah kering dan sebagainya.

2. Najis yang dimaafkan
Najis yang keberadaannya dimaafkan, tidak wajib dicuci, atau dibersihkan
bila menempel pada badan, pakaian, atau tempat shalat di antaranya:
a. Darah dari binatang yang tidak mengaiir darahnya seperti nyam
b. Nanah bisul meski bercampur darah atau tldak
Selain itu ada beberapa najis yang jatuh di air atau zat cair yang
dimaafkan untuk dipakai antara lain: '
a. Bulu yang najis tapi jumlahnya sedikit.
b. Najis yang tidak terlihat mata karena sedikit.
c. Bangkai binatang yang darahnya tidak mengalir, seperti; nyamuk,
kecoa, kutu, lalat, dan Iainnya,
d. Paruh burung atau mulut tikus yang bersentuhan dengan air.
e. Debu yang bercampur najis.
3. Cara menghilangkan najis
a. Barang yang kena najis mughallazhah seperti jilatan anjing atau babi,
wajib dibasuh 7 kali dan salah satu di antaranya dengan air yang
bercampur tanah.
b. Barang yang terkena najis mutawassithah dapat suci dengan dibasuh
sekali, asal sifat-sifat najisnya (wama, bau, dan rasanya) itu hilang.
Namun lebih baik Iagi bila disiram sebanyak tiga kali.
c. Barang yang terkena najis mukhaffafah cukup diperciki air pada
tempat najis itu.
d. Untuk najis hukmiyah cara menghilangkannya cukup dengan
mengalirkan air saja pada najis tadi.
e. Najis ainiyah yang masih tertinggal zat, wama, rasa dan baunya,
cara mencucinya cukup dengan menghilangkan zat, rasa, bau dan
warnanya saja.

E. ISTINJA
Segala yang keluar dari kubul (kemaluan depan) dan dubur, (kemaluan
beiakang) seperti kencing dan berak, wajib disucikan dengan air hingga
bersih. Barang yang dapat dipergunakan untuk beristinja antara Iain:
1. Air
2. Batu (tiga batu atau batu yang punya tiga sisi)
3. Benda yang keras, kesat, suci, tidak dianjurkan memakai kayu,
tisu,dan yang iainnya
Istinja dilakukan sebelum kotoran kering, dan kotoran itu tidak menyebar
sampai mengenai tempat seiain jalan keluarnya. Apabila kotoran sudah kering,
maka wajib dibersihkan dengan air.

F. ADAB BUANG AIR
Ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan sebelum buang air
besar atau kecil:
1. Mendahulukan kaki kiri saat memasuki kakus.
2. Jangan di tempat terbuka.
3. Jangan di tempat yang dapat mengganggu orang lain
4. Jangan bercakap-cakap kecuali keadaan memaksa
5. Kalau terpaksa buang air di tempat terbuka, hendaknya jangan
menghadap kiblat
6. Jangan membawa dan membaca kalimal Al-Qur`an.
7. Hendaklah memakai sepatu atau terompah sesuai dengan anjuran
Rasulullah. '
8. Jangan buang air besar di air yang tenang kecuali airnya banyak.
9. Buang air kecil jangan di Iubang-lobang tanah yang kemungkinan
akan menyakiti binatang.
10. Hendaklah berdoa ketika masuk kakus.
G. MANDI
Mandi dalam hal ini adalah meralakan air keseluruh badan dengan niat
bersuci dari hadas besar. Bagi orang yang akan shalat, diwajibkan mandi
bila berhadas besar yang disebabkan bersenggama,haid, nifas dan ibu yang
melahirkan.
Alasan diwajibkan mandi
a. Berseluhuh `
b. Keluar mani.
c. mati, dan matinya bukan mati syahid
d. Nifas (keluarnya darah satelah melahirkan)
e. Berhentinya haid bagi perempuan.
f. Melahirkan (wiladah); dalam keadaan normal atau kegguuran
2. Rukun nmndi
a. Niat untuk menghilangkan hadas besar
Nawaitul ghusla liraf'il hadatsil akbari fardhan lillaahi ta.aala
Artinya:
b. menyiram seluruh badan
c. Menghilangkan najis

3. SUNAH MANDI
a. Menhaca ‘Basmalah' pada pennulaan mandi.
b. Mendahukukan membasuh segala kotoran dari najis dari tubuh
c. Menghadap kiblat sewaktu mandi dan mendahulukan kanan dari pada kiri
d. Membasuh badan sampai tiga kali. ‘
a. Membaca doa sebagaimana doa setelah berwudhu.
f. Mendahulukan mengambil air wudhu, yakni sebelum mandi disunatkan, berwudhu lebih dulu

4. MANDI SUNAH
Beberapa mandi yang disunatkan:
a, Mandi ketika shalat jum'at
b. Mandi ketika hendak shalat idul fitri dan idul Adha
c. Mandi Setelah Sembuh dari gila
d. Mandi katika melaksanakan ibadah ihram haji atau umrah
s. Mandi setelah memandikan mayat
f. Mandi seorang yang baru masuk islam `
g. dan lain-lain

5. Larangan bagi orang yang berhadas besar
a .Orang yang sedang junub, tidak diperbolehkan
- Melaksanakan Shalat
- Melaksanakan thawaf di Baitullah
- Memegang kitab suci Al-Qur’an
- Membawa/mengangkat Al-Qur'an
- Membaca Al-Qur'an
- lktikap (diam) di masjid
b. Orang yang sedang haid dilarang
- Melakukan kegiatan yang dilarang bagi orang yang junub
- Bersetubuh
- Berpuasa, baik sunnat maupun fardlu
- Ditalak (di cerai)

sekian pembahasan tentang THAHARAH

Back to Top