بِسۡمِ
ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
A.
PENGERTIAN THAHARAH
Menurut
lughah (bahasa) thaharah adalah suci atau bersih. Dalam istilah
syarat,
thaharah artinya suci dari hadats dan najls, maksudnya keadaan
sucl setelah
berwudhu, tayamum, atau mandi wajlb yang benar-benar telah
diniatkan
dan suci dari najis setelah terlebih dahulu dlberslhkan darl badan,
pakaian, dan
tempat.
Dalam
syari'at Islam, persoalan bersuci dan segala seluk beluknya
termasuk
bagian llmu dan amalan yang penting, karena terutama diantara
syaral-syarat
shalat ditetapkan bahwa orang yang hendak melaksanakan
shalat,
harus borsuci terlebih dahulu
B.
MACAM-MACAM AIR
Air
merupakan alat untuk bersuci. Namun air yang bisa dipakai untuk
bersuci,
ialah air yang suci dan mensucikan, di antaranya
1. Air hujan
2. Air sumur
3. Air laut
4. Air
sungai
5. Air salju
,
6. Air
telaga
7. Air embun
C.PEMBAGIAN
AIR
Ditinjauidari
segi hukumnya, air dibagi menjadi Lima yaitu:
1. Air suci
dan mensucikan, yaitu air mutlak (air sewajarnya), artinya
air yang
masih murni, dapat digunakan untuk bersuci dan tidak
makruh,
seperti air sungai, air hujan dan iain-lain.
2.Air suci
dan dapat mensucikan, tetapi makruh digunakan, yaitu air
musyammas
(air yang dijemur di tempat iogam yang bukan emas).
3. Air suci
tetapi tidak dapat mensucikan, yaitu air yang kurang dari dua
kulah, air
yang berubah salah satu sifatnya karena kemasukan benda
suci
iainnya, misalnya air berbau, air teh, air kopi dan lainnya; air yang
keluar dari
pohon atau dari buah, 'air nira, air legen, air keiapa.
4. Air mutanajis,
yaitu air yang kena najis (kemasukan najis), sedang
jumlahnya
kurang dari dua kuiiah, maka air yang semacam ini tidak
suci dan
tidak dapat mensucikan. Tetapi jika iebih dari dua kullah
dan ‘tidak
berubah sifatnya, maka sah untuk bersuci.
5. Air suci
dan mensucikan, tetapi haram memakainya, yaitu air yang
diperoieh
dari ghasab (mencuri/mengambii tampa ijin).
Keterangan:
Dua kulah =
216 liter. Jika berbentuk bak, maka besarnya = 60 cm x 60 cm x 60 cm.
D. NAJIS
Najis
menurut syariat Islam adalah benda yang kotor dan telah ada dalil
yang
menetapkannya. Najis wajib dibersihkan menurut cara-cara yang telah
ditentukan
oleh syara’ karena akan menjadi penghalang dalam beribadah
kepada
Atlah. Yang termasuk benda-benda najis seperti;
a. Bangkai,
kecuaii manusia, ikan dan belalang
b. Darah
c. Nanah
d. Segala
sesuatu yang keluar dari kubul dan dubur
e. Anjing
f. Babi
g. Minuman
keras seperti arak dan sebagainya
h. Bagian
anggota badan binatang yang terpisah karena dipotong dan
sebagainya
selagi hidup.
1. Pembagian
najis
Menurut ahli
fikih, najis dibagi meniadi tiga;
a. Najis
Mukhaffafah (ringan) seperti: air kencing bayi laki~laki yang
be|um
berumur 2 tahun dan belum pernah makan sesuatu kecuali
air susu
ibu.
b. Najis
Mughallazah (berat) seperti: najis anjing dan babi serta
keturunannya.
c. Najis
Muthawassithah (sedang): ialah najis yang selain dari dua
najis
tersebut di atas, seperti segala seuatu yang keluar dari kubul
dan dubur
manusia dan binatang kecuah air mani, barang cair yang
memabukkan,
susu hewan yang tidak halal dimakan, bangkai,
juga tulang
dan bulunya, kecuali bangkai manusia, ikan dan
belalang.
d. Najis
Muthawassithah dapat dibagi meniadi 2, yaitu:
1) Najis
‘ainiyah: ialah najis yang berujud, yakni yang nampak da
dilihat.
2) Najis
hukmiyah: ialah najis yang tidak kelihatan bendanya, se
bekas
kencing atau arak yang sudah kering dan sebagainya.
2. Najis
yang dimaafkan
Najis yang
keberadaannya dimaafkan, tidak wajib dicuci, atau dibersihkan
bila
menempel pada badan, pakaian, atau tempat shalat di antaranya:
a. Darah
dari binatang yang tidak mengaiir darahnya seperti nyam
b. Nanah
bisul meski bercampur darah atau tldak
Selain itu
ada beberapa najis yang jatuh di air atau zat cair yang
dimaafkan
untuk dipakai antara lain: '
a. Bulu yang
najis tapi jumlahnya sedikit.
b. Najis
yang tidak terlihat mata karena sedikit.
c. Bangkai
binatang yang darahnya tidak mengalir, seperti; nyamuk,
kecoa, kutu,
lalat, dan Iainnya,
d. Paruh
burung atau mulut tikus yang bersentuhan dengan air.
e. Debu yang
bercampur najis.
3. Cara
menghilangkan najis
a. Barang
yang kena najis mughallazhah seperti jilatan anjing atau babi,
wajib
dibasuh 7 kali dan salah satu di antaranya dengan air yang
bercampur
tanah.
b. Barang
yang terkena najis mutawassithah dapat suci dengan dibasuh
sekali, asal
sifat-sifat najisnya (wama, bau, dan rasanya) itu hilang.
Namun lebih
baik Iagi bila disiram sebanyak tiga kali.
c. Barang
yang terkena najis mukhaffafah cukup diperciki air pada
tempat najis
itu.
d. Untuk
najis hukmiyah cara menghilangkannya cukup dengan
mengalirkan
air saja pada najis tadi.
e. Najis
ainiyah yang masih tertinggal zat, wama, rasa dan baunya,
cara
mencucinya cukup dengan menghilangkan zat, rasa, bau dan
warnanya
saja.
E. ISTINJA
Segala yang
keluar dari kubul (kemaluan depan) dan dubur, (kemaluan
beiakang)
seperti kencing dan berak, wajib disucikan dengan air hingga
bersih.
Barang yang dapat dipergunakan untuk beristinja antara Iain:
1. Air
2. Batu
(tiga batu atau batu yang punya tiga sisi)
3. Benda
yang keras, kesat, suci, tidak dianjurkan memakai kayu,
tisu,dan
yang iainnya
Istinja
dilakukan sebelum kotoran kering, dan kotoran itu tidak menyebar
sampai
mengenai tempat seiain jalan keluarnya. Apabila kotoran sudah kering,
maka wajib
dibersihkan dengan air.
F. ADAB
BUANG AIR
Ada beberapa
ketentuan yang harus diperhatikan sebelum buang air
besar atau
kecil:
1.
Mendahulukan kaki kiri saat memasuki kakus.
2. Jangan di
tempat terbuka.
3. Jangan di
tempat yang dapat mengganggu orang lain
4. Jangan
bercakap-cakap kecuali keadaan memaksa
5. Kalau
terpaksa buang air di tempat terbuka, hendaknya jangan
menghadap
kiblat
6. Jangan
membawa dan membaca kalimal Al-Qur`an.
7. Hendaklah
memakai sepatu atau terompah sesuai dengan anjuran
Rasulullah.
'
8. Jangan
buang air besar di air yang tenang kecuali airnya banyak.
9. Buang air
kecil jangan di Iubang-lobang tanah yang kemungkinan
akan
menyakiti binatang.
10.
Hendaklah berdoa ketika masuk kakus.
G. MANDI
Mandi dalam
hal ini adalah meralakan air keseluruh badan dengan niat
bersuci dari
hadas besar. Bagi orang yang akan shalat, diwajibkan mandi
bila
berhadas besar yang disebabkan bersenggama,haid, nifas dan ibu yang
melahirkan.
Alasan
diwajibkan mandi
a.
Berseluhuh `
b. Keluar
mani.
c. mati, dan
matinya bukan mati syahid
d. Nifas
(keluarnya darah satelah melahirkan)
e.
Berhentinya haid bagi perempuan.
f.
Melahirkan (wiladah); dalam keadaan normal atau kegguuran
2. Rukun
nmndi
a. Niat
untuk menghilangkan hadas besar
Nawaitul
ghusla liraf'il hadatsil akbari fardhan lillaahi ta.aala
Artinya:
b. menyiram
seluruh badan
c.
Menghilangkan najis
3. SUNAH MANDI
a. Menhaca
‘Basmalah' pada pennulaan mandi.
b.
Mendahukukan membasuh segala kotoran dari najis dari tubuh
c. Menghadap
kiblat sewaktu mandi dan mendahulukan kanan dari pada kiri
d. Membasuh
badan sampai tiga kali. ‘
a. Membaca
doa sebagaimana doa setelah berwudhu.
f.
Mendahulukan mengambil air wudhu, yakni sebelum mandi disunatkan, berwudhu
lebih dulu
4. MANDI
SUNAH
Beberapa
mandi yang disunatkan:
a, Mandi
ketika shalat jum'at
b. Mandi
ketika hendak shalat idul fitri dan idul Adha
c. Mandi
Setelah Sembuh dari gila
d. Mandi
katika melaksanakan ibadah ihram haji atau umrah
s. Mandi
setelah memandikan mayat
f. Mandi
seorang yang baru masuk islam `
g. dan
lain-lain
5. Larangan
bagi orang yang berhadas besar
a .Orang
yang sedang junub, tidak diperbolehkan
-
Melaksanakan Shalat
-
Melaksanakan thawaf di Baitullah
- Memegang
kitab suci Al-Qur’an
-
Membawa/mengangkat Al-Qur'an
- Membaca
Al-Qur'an
- lktikap
(diam) di masjid
b. Orang
yang sedang haid dilarang
- Melakukan
kegiatan yang dilarang bagi orang yang junub
- Bersetubuh
- Berpuasa,
baik sunnat maupun fardlu
- Ditalak
(di cerai)
sekian pembahasan tentang THAHARAH